Laman

Senin, 13 Agustus 2012

Investigasi Tim Densus 99 Sarkub Terhadap Mahrus Ali

Beredarnya buku-buku tulisan H. Mahrus Ali di berbagai tempat di wilayah Indonesia benar-benar sangat meresahkan ummat Islam. Otomatis itu menjadikan fitnah besar bagi kaum Nahdhiyyin dan bisa mengancam persatuan dan kesatuan ummat Islam di Indonesia, bahkan bisa mengancam eksistensi Indonesia sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang menganut ideologi Pancasila dan berazaskan Undang-undang Dasar 1945. Atas dasar itu,  Tim Sarkub bersama kawan-kawan yang tergabung dalam group “SARKUBIYAH” melakukan silaturrahim ke rumah kediaman H. Mahrus Ali di Tambakwaru Sidoarjo, Surabaya – Jawa Timur untuk meminta penjelasan langsung mengenai buku-buku tulisannya yang meresahkan masyarakat dan menyesatkan itu.

Senin Wage, 22 November 2010 M/ 15 Dzulhijjah 1431 H menjadi hari bersejarah bagi Tim Sarkub. Di hari itulah mereka memulai perjalanan untuk ‘menginvestigasi” H. Mahrus Ali, pengarang buku-buku yang menyudutkan NU, di kediamannya di Tambaksumur waru Sidoarjo – Jawa Timur.  Sebe lum menuju rumahnya H. Mahrus Ali (yang ngaku2 Mantan Kiai NU), mereka berlima silaturrahim terlebih dahulu ke rumah keponakannya yang bernama H. Mahmud alumni pesantren Langitan untuk berbincang-bincang sebentar sambil mengemukakan maksud dan tujuan kedatangan baik kami ke sana. Karena, rumahnya H. Mahmud terletak pas berada di gang yang mau menuju rumahnya H. Mahrus Ali.  Tentunya tidaklahh sopan apabila melewati rumahnya begitu saja.

Dalam silaturrahim itu mereka mendapat gambaran tentang ajaran yang dianut oleh Mahrus Ali, bahkan mereka mendapat informasi bahwa Mahrus Ali itu mengharamkan makan daging ayam dikarenakan ayam mempunyai cakar. Begitupula, Mahrus Ali mengharamkan makan tahu dengan alasan tahu itu mengandung cuka.

Setelah bersilaturrahim kemudian mereka menuju langsung ke rumahnya Mahrus Ali untuk bersilaturrahim dan ingin menanyakan langsung tentang penggunaan istilah “Mantan Kiai NU” dalam setiap karangannya.

Alhamdulillah berkat anugerah Allah swt mereka  bisa menemui dia dengan begitu mudahnya. Padahal menurut informasi yang didapatkan di masyarakatnya bahwa dia itu sulit sekali ditemuinya terutama dengan orang yang tidak sepaham dengannya. Bahkan ibu kandungnya sendiri ketika sakit keras, dia (Mahrus Ali) tidak mau menemuinya dengan alasan tidak sepaham dengannya.

Dalam silaturrahim itu Tim Sarkub sempat berdialog langsung dengannya dan alhamdulillah mereka berhasil membongkar kebohongan dan kebusukan Mahrus Ali yang menganut paham Wahhabi beserta penerbit buku-buku karangannya, yang telah menghina dan melecehkan NU. Dengan demikian, mereka sudah sepantasnya diseret ke pengadilan untuk diadili dan mendapatkan hukuman yang setimpal sesuai dengan perbuatan mereka.

Mereka  sempat mengambil foto secara rahasia lewat hp untuk dijadikan sebagai data dan bukti yang valid. Karena, H. Mahrus Ali tidak mau difoto dan menghukumi haram masalah foto. Begitupula, mereka sempat berdialog dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada Mahrus Ali termasuk masalah penggunaan istilah “Mantan Kyai NU” di setiap buku karangannya. Ternyata dalam jawaban Mahrus Ali penggunaan istilah “Mantan Kiai NU” itu bukanlah dari kemauan H. Mahrus Ali (Wahhabi tulen) sendiri, tetapi istilah itu merupakan keinginan dan hasil rekayasa dari penerbit “Laa Tasyuk” yang menerbitkan buku-buku karangannya dengan tujuan agar buku-buku tersebut best seller di pasaran. Buku2 tersebut pada hakikatnya merupakan suatu pelecehan dan penghinaan terhadap eksistensi NU baik di forum nasional maupun internasional. Dengan demikian, mereka meminta langsung kepada H Mahrus Ali dengan sejujurnya untuk membuat pernyataan mengenai istilah Mantan Kyai NU yang merupakan bukan pilihannya sendiri sebagai suatu klarifikasi agar tidak menjadi fitnah berkepanjangan di kemudian hari.

 
Kyai Thobary bersama Mahrus Ali di sampingnya yang sedang menulis Surat Pernyataan.
Inilah  surat pernyataan Mahrus Ali yang sejujurnya kepada Kyai Thobary. Mahrus mengatakan bahwa penggunaan istilah “Mantan Kiai NU” bukan berasal dari dia sendiri. Tetapi itu merupakan pilihan dari pihak penerbit “Laa Tasyuk” yang terlalu dipaksakan demi untuk mengeruk keuntungan pribadi lewat buku2 tulisan Mahrus Ali yang diterbitkannya. Untuk lebih jelasnya lagi kami salin kembali surat pernyataan Mahrus Ali di bawah ini:
“MANTAN KYAI NU BUKAN PILIHAN SAYA DAN SAYA SUDAH BILANGKAN KEPADA WARTAWAN AULA, SAYA MINTA AGAR DIGANTI TAPI SAYA TIDAK MAMPU”
TGL 15 DZULHIJJAH 1431 H
WASSALAM
MAHRUS
 
Inilah scan surat pernyataan aslinya!!

Tidak ada komentar: