Thufail bin Amru
Nama lengkapnya at-Thufail bin Amru bin Thorif bin al-‘Ash ad-Dausy al-Azdy. Pada masa jahiliyah, beliau termasuk pembesar kaum. Beliau adalah penyair ulung di kalangan penyair Arab. Berasal dari keluarga terpandang dan mendapatkan pendidikan masa kecilnya di kampung Daus. Tidak kalah hebatnya, beliau terkenal orang yang loyal dan patuh di kaumnya.
Di pasar ‘Ukazah’ tempat dimana para penyair dan sastrawan berkumpul untuk memamerkan syairnya kepada pendengar, orang-orang musyrik Quraisy memberi peringatan kepada beliau agar tidak mendengar ucapan Rasulullah. Dan mereka berusaha untuk menjauhkan beliau dari Rasulullah.
Suatu hari beliau meletakkan kapas ditelingga supaya tidak mendengar ucapan Rasul atau firman Allah. Usahanya sia-sia. Meski ditutupi kapas, atas kekuasaan Allah, telingga itu masih dapat mendengar dengan jelas. Bahkan Allah tunjukkan keajaiban al-Qur’an. Akhirnya beliau berikrar masuk Islam di hadapan Rasulullah dan meminta Rasulullah untuk memberikan petunjuk bagi kaumnnya supaya mendapatkan hidayah dari Allah. Rasulullah pun mendo’akan beliau.
Setelah dirinya berikrar masuk Islam, beliau mengajak ayah dan ibunya untuk mengikuti ajaran Islam. Ajakan beliau diterima. Akhirnya orang tuanya masuk Islam. Begitu juga Abu Hurairah berikrar masuk Islam. Setelah beberapa lama, beliau kembali menemui Rasulullah dan memohon untuk mendo’akan kaumnya agar mendapat hidayah dari Allah. Rasulullah pun berdo’a; “Ya Allah, berikan hidayah kepada kaum Daus dan jadikan mereka orang-orang muslim yang taat.” Setelah berdo’a, Rasulullah menasehati beliau agar tidak terlalu keras dalam bergaul dengan kaumnya yang belum berislam.
Nasehat yang diberikan Rasulullah dijalankan dengan baik. Setelah bersabar dengan segala cobaan, akhirnya kaumnya masuk Islam. Jumlah mereka kurang lebih delapan puluh keluarga. Setelah selesai perang Khoibar, mereka datang menghadap Rasulullah.
Pada waktu penaklukan Mekkah, diceritakan bahwa ‘Amru bin Hamamah yang pernah singgah di rumah beliau, mempunyai patung yang dinamai Dzulkaffain. Beliau meminta izin kepada Rasulullah untuk membakar patung itu. Rasulullah pun memberikan izin. Ketika api mulai menyala, beliau berkata; “Wahai patung Dzulkaffain, aku bukanlah hambamu, kelahirankami jauh lebih dulu dari kelahiranmu. Saya betul-betul bakar api itu dalam hatimu.”
Suatu hari beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya; “Saya telah bermimpi, bisakah kalian mentakwikan mimpiku itu. Dalam mimpi itu saya melihat kepalaku dicukur, dari mulutku keluar burung, saya berjumpa dengan wanita dan kemudian wanita itu mensetubuhiku. Saya juga melihat anakku, Umar, meminta sesuatu yang cepat hingga kemudian saya lihat dia menahanku.” Mereka menjawab; “Mimpinya baik.” Setelah mendengar takwil para sahabatnya itu, beliau berkata; “menurutku, mencukur rambutku itu artinya memotongnya, burung itu ruhku, wanita yang memaksa mensetubuhiku itu artinya bumi yang akan mengkuburku dan aku tidak hilang ditelan bumi. Adapun permintaan anakku kemudian menahanku itu artinya saya melihat dia rela berkorban untukku dari resiko segala musibah.
Perang Yamahah merupakan terminal akhir perjuangan beliau membela Islam. Perang umat Islam terhadap kaum nabi palsu yang dipimpin Musailamah al-Kazab menjadi sejarah yang tidak terlupakan dalam sejarah perkembangan sejarah Islam. Beliau terbunuh dalam peperangan itu pada tahun sebelas Hijriah. Sementara anaknya terluka, kemudian sembuh kembali. Tapi akhirnya wafat menjadi syahid pada perang Yarmuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar