Laman

Jumat, 08 Juni 2012

KAMBING BERTHAWAF

Gelar bagi orang berilmu adalah waratsatul anbiya’ (pewaris para nabi), sebab merekalah yang memegang tongkat estafet wahyuyang diturunkan oleh Allah Azza wa Jalla kepada para nabi. Ilmu mempunyai kedudukan diatas manusia, bahkan diatas kekuasaan. Kekuasaan mengatur manusia, sedangkan ilmu mengatur kekuasaan dan manusia (Abul Aswad). Maka para ulama selalu mengambil jarak dengan kekuasaan, agar tidak terjerat olehnya. Para ulama' kebanyakan lebih memilih berada di luar lingkar kekuasaan, dan mencela kepada ulama yang hanya dijadikan alat oleh penguasa. Lebih-lebih para a'immah mutashawwifiin, Imam Ghazali misalnya, beliau sangat mencela ulama yang kemroyok berebut tumpengnya penguasa. Maka mengherankan ketika seorang aktifis agama pamer, karena telah ketemu dengan pejabat anu dan dikasih syai’un adzim plus proposalnya disetujui. kok ya tidak malu? Mbok ya dirahasiakanlah kalau"berselingkuh"! Kiyai Zubair dan kiyai Imam Sarang, tidak pernah mau menerima sumbangan dari pemerintah, Alasan nya.. Pertama, karena keduanya adalah wara’, mereka sangat hati-hati meneliti asal-usul uang. Menurut pandangan beliau-beliau ini, uangpemerintah bersumber dari segala macam, ada yang pajak bioskop, minuman keras, rumah bordir, hasil tambang, retribusi pasar, dan sebagainya . Masing-masing ada yang halal, subhat, dan ada pula yang haram. Dan itu pantangan bagi beliau. Ora barokah, ujarnya. Yang kedua, karena sebagai pembawa tongkat estafet nabi, beliau tidak mau menjadi kambing congek bagi penguasa gara-gara sering menerima amplopnya. Al ihsan yasta’bidul insan (suatu kebaikan bisa memperbudak manusia), sabda Kanjeng Nabi shallallahu alaihi wasallam. Lalu selanjutnya orang akan bertanya, Darimana mereka memperoleh dana untuk pembangunan pesantren dan segala kegiatan yang membutuhkan dana ? Jawabnya adalah Dari jerih payahnya sendiri dan min haitsu laa yahtasib ( dari sumber yang tidak pasti dan tidakterduga datangnya). Secara garis besar kita bisa melihat bahwasannya mereka adalah punjer umat, umat akan bergotong- royong memikul segala kebutuhan bersama mereka yang tersentral di punjernya. HM. Sholeh Shofiyudin , seorang mubaligh terkenal di Jombang bercerita : Ketika hendak menyelenggaraka n hajatan haul kubro, al-maghfurlahkiyai Ismail Kedung maling, Sooko,Mojokerto baru memiliki seekor kambing. Jelas kurang, Kemudian beliau menuntun kambingnya itu berputar-putar mengelilingi masjid. Masyarakat penasaran melihat ulah kiyai kharismatik ini dan menanyakan alasan beliau menthawafkan kambingnya mengelilingi masjid sampai berkali-kali. Beliau menjelaskan.. “Ooh ini kambing yang mau saya sembelih untuk acara haul kubro, ia mencari teman.” Paham dengan maksud Mbah Isma’il, masyarakat berbondong -bondong menyerahkan kambing kepada beliau sehingga kambingnya terkumpul puluhan untuk hajatan. semua itu terjadi atas keikhlasan masyarakat,

Tidak ada komentar: